Ini adalah catatan perjalanan ke Kampung Segun Klawoton Kabupaten Sorong, bersama teman-teman, pada tahun 2009 silam.
Sorong adalah wilayah bagian paling barat dari Pulau Papua. Secara administratif Sorong termasuk dalam wilayah Propinsi Papua Barat (waktu itu, dan sekarang sudah menjadi Provinsi Papua Barat Daya). Wilayah Sorong juga berada pada kawasan yang dikenal dengan istilah Kepala Burung (Netherlands: Vogelkop).
Sudah sejak lama, daerah Sorong cukup dikenal karena terdapat beberapa sumur minyak dan gas bumi yang memberikan kontribusi signifikan pada perekonomian nasional Indonesia. Kawasan Sorong juga cukup dikenal karena memiliki potensi yang besar dalam bidang sumber daya kelautan, terutama komoditas perikanan laut yang memasok ikan segar (fresh fish) maupun ikan beku (frozen fish) ke berbagai negara di luar negeri. Tak heran pula jika di Kota Sorong pun sudah ada pabrik pengalengan ikan laut yang dipasarkan ke luar negeri.
Perjalanan ke Sorong kali ini adalah benar-benar untuk berkunjung ke Sorong, bukan sekadar transit sebelum menuju ke kota lain di kawasan Papua. Perjalanan pertamaku ke kota ini sebenarnya pernah aku lakukan pada tahun 1997 lalu. Saat itu, aku bertugas mendampingi Pak Tetsuo Seki dari Japan Airport Consultants dalam rangka site visit menuju Bandara Sorong Mainland (Daratan) sebagai salah satu kegiatan pendahuluan proyek Desain Pembangunan 3 Bandar Udara (Pontianak, Samarinda, Sorong) yang didanai Asian Development Bank.
Kota Sorong saat itu belum seramai sekarang. Pertokoan masih sepi dan baru ada di sepanjang jalan dari Pelabuhan Doom ke arah Hotel Mariat (dahulu Hotel Sahid Mariat Sorong). Perjalanan udara ke luar wilayah waktu dulu masih memanfaatkan Bandar Udara Jefman yang terletak di pulau kecil di sebelah barat Sorong. Dahulu menuju atau dari Bandara Jefman harus dilakukan dengan menyeberang memakai perathu motor atau speed-boad dengan waktu sekitar 30-45 tergantung kondisi cuaca dan kelincahan motoris perahu. Oya, bicara Bandara Sorong Jefman jadi teringat kenangan anglernya naik pesawat jenis Fokker F-28 yang waktu itu sangat populer di Indonesia.
Perjalanan ke Sorong akhir 2009 tersebut adalah dalam rangka penugasan dari Pemerintah Kabupaten Sorong untuk melaksanakan kegiatan Pra-Studi Kelayakan Pembangunan Bandar Udara Baru di Wilayah Kabupaten Sorong. Kami bertiga (aku, Totok Sukadarminto, dan Herlina Chandra) merupakan tim pendahuluan untuk melakukan survei pendahuluan dan penelitian lapangan untuk keperluan tersebut. Adapun detail kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
- Inventarisasi data dan informasi dengan pihak-pihak terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sorong (Dinas Perhubungan, Bappeda, Dinas PU, BPS Kabupaten Sorong, dan dinas-dinas lain terkait).
- Inventarisasi data dan informasi dengan pihak pengelola bandar udara eksisting di Kota Sorong (Bandara Domine Eduard Osok d/h Bandara Sorong Daratan) serta peninjauan lapangan bandar udara eksisting.
- Orientasi wilayah dan peninjauan lapangan terhadap beberapa alternatif rencana lokasi pembangunan bandar udara di daerah Klawoton (Distrik Segun), Tanjung Rusa (Distrik Segun), dan Arar (Distrik Salawati).
- Diskusi dengan pihak Bappeda, Dinas PU dan Dinas Perhubungan Kabupaten Sorong terkait dengan hasil temuan lapangan pada survei pendahuluan.
Survei lapangan dilakukan ke wilayah Arar, Tanjung Rusa, dan Segun. Perjalanan ke wilayah Arar dilakukan dengan mudah karena sampai di rencana lokasi masih dapat ditempuh dengan kendaraan sekelas Mitsubishi L-200 double cabin. Sedangkan perjalanan ke wilayah Tanjung Rusa dan Klawoton cukup menguras energi dan membutuhkan waktu yang ekstra, karena perjalanan harus ditempuh dengan jalan darat menuju Kampung Klasof. Kampung Klasof adalah perhentian terakhir dengan jalan darat, selanjutnya perjalanan harus dilanjutkan dengan long boat menyusuri Sungai Segun menuju ke arah pusat Distrik Segun dan dilanjutkan ke Tanjung Rusa dan Kampung Klawoton.
Distrik Segun yang diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten Sorong sebagian besar merupakan dataran rendah yang dahulunya merupakan Kawasan Permukiman Transmigrasi, sebagian merupakan bekas area hutan produksi terbatas, dan di daerah pinggir-pinggir pantai merupakan kawasan bakau.
Pada saat peninjauan lapangan, kawasan permukiman transmigrasi di Segun ternyata sudah banyak yang tak terawat dan ditumbuhi semak dan ilalang karena sebagian besar penghuninya berpindah ke Sorong Kota ataupun ke area dekat Kota Aimas ibukota Kabupaten Sorong.
Pemerintah Kabupaten Sorong rupanya memiliki maksud strategis mengembangkan kawasan selatan ini sebagai daerah pembangunan baru agar persebaran penduduk bisa kembali menempati kawasan selatan yang sebenarnya potensial ini. Beberapa program pembangunan di kawasan selatan ini antara lain: kawasan perkebunan sawit, pertambangan, pertanian lahan kering, serta penempatan kembali kawasan transmigran, serta kawasan pendukung industri migas yang telah berkembang di pantai barat Sorong.
Nampaknya pengembangan bandar udara di wilayah ini salah satunya dimaksudkan untuk mendorong laju pengembangan kawasan di wilayah Kabupaten Sorong dalam mengantisipasi kepadatan pembangunan di wilayah Kota Sorong yang padat dan sempit itu.
Kegiatan pendahuluan ini kemudian dilanjutkan dengan survei detail lapangan dan penyusunan studi kelayakan, berikutnya menyusun master plan bandar udara, dan menyusun detail desain fasilitas bandar udara. Sewaktu saya berkunjung ke Sorong untuk keperluan lainnya, saya sempatkan untuk kembali menengok ke lokasi ini, dan sedang dilaksanakan pekerjaan pembangunan fisik bandar udaranya.
…